Bunga Kerinduan

Sudah beberapa hari, bahkan bulan. Perasaan ini muncul tiba-tiba.
Saya rindu kalian :')

Jujur saya akui bahwa saya bukanlah orang yang mudah mendapatkan bunga di setiap tidur.
Namun sekalinya saya bermimpi, itu seperti pertanda atau wujud kerinduan atau malah wujud kelelahan selama terjaga.
***
Misalnya pada saat pertama kali mengajar level SMA untuk persiapan SBMPTN. Sudah jauh-jauh hari saya selalu mengatakan TIDAK disetiap permohonan, baik permohonan dari staff senior maupun rekan kerja yang faktanya tanpa ku ketahui sebelumnya ia juga seniorku di kampus. Sampai pada akhirnya, pihak yang lebih berwenang dibanding mereka pun turun suara dan memberi pernyataan bahwa saya harus siap dengan itu.

Ah, lemas rasanya ketika mendengar pernyataan itu. Meski awalnya sempat ada permohonan cengeng dariku agar bisa menolaknya. Namun penyataan itu terus berulang dan hanya akan berakhir jika saya mengiyakannya, Sampai akhirnya sayapun mengiyakan itu dengan perasaan yang jujur deg-deg-an parah! _-_

Bukan berasa sok menolak. Tapi saya masih merasa kemampuanku belum seberapa. Saya takut, yang ada saya malah membuat para murid itu mengikuti saya  ke jalan sesat, atau malah saya sama saja mencemplungkan diri di lubang buaya yang siap ditembak oleh para komunis. Saya tahu seberapa kritis nya anak-anak jaman sekarang. Jika hanya mengandalkan mental yang kuat  dan ilmu yang tidak seberapa atau malah lebih rendah dibanding siswa nya itu sama saja minta dibunuh -_-. Apalagi selama hidup pengajaran yang saya lakukan, saya selalu berusaha ingin memberikan pencerahan atau malah menambah pemahaman para adik ajar. Rasanya senang bisa melihat raut wajah mereka yang tadinya kebingunga menjadi bahagia karna ternyata mereka mampu memahami hal yang mereka bingungkan.


Agar saya dapat bertanggung jawab dengan pernyataan iya itu, saya harus belajar. Yap, saya mulai belajar materinya. bagaimana agar mereka mudah menghadapi soal-soal SBMPTN itu yang bobotnya memang JAAAAAUUUUUUH lebih berat dibanding bobot soal UN mereka. Alhamdulillah mengenai membaca teks bukan hal tabu lagi bagi saya, karna dosen saya sudah membekali ini kepada saya selama di bangku kuliah.
***
Sampai hari itu datang dan tibalah waktu harus bertemu dengan mereka. Mereka yang ingin mendapat pencerahan dan kemudahan dari sulitnya dan ketatnya persaingan SBMPTN, gimana ga sulit? wong saingannya nasional plus ga cuma angkatan mereka doang yang rebutan kursi kampus idaman mereka.

Ternyata setelah masuk, entah itu naluri atau bukan, saya mencoba enjoy di dalam kelas bersama mereka. Mencoba memposisikan diri untuk bisa menjadi posisi mereka dan juga posisi sebagai guru agar mampu mengoreksi diri apa kekuranganku selama mengajar. Mereka pun menunjukkan kesediaan tuk menerima ilmu serta sharing itu dengan beberapa respon yang kami bagi.

Saya awali dengan muqadimah bahwa saya akan berusaha bersama-sama mereka tuk belajar a.k.a sharing ilmu. Di zaman mereka kini dapat ilmu bisa darimana saja. Bisa jadi mereka lebih up to date  dibanding saya. Ya saya berusaha tuk membuat mereka nyaman dan merasakan bahwa materi yang mereka hadapi itu mudah kok ;).

Hubungannya dengan bunga tidur saya? Pada awal-awal pertemuan, bunga mimpi itu hadir. Saya dalam keadaan tidur, tapi mendapatkan diri saya berada di dalam kelas bersama mereka sedang belajar. Saya pun merasakan kelelahan yang nyata dalam bunga tidur saya. Sampai berujung pada ngigau yang cukup terdengar jelas oleh ibu saya dikamarnya. Saya pun tersadar dari bunga mimpi itu setelah satu kata igau-an itu terdengar nyaring di telinga dan mengkagetkan diri. Ah, mungkin ini karna kelelahan dan deg-deg-an yang masih ada. Karna pada pekan selanjutnya saya dapat tidur tenang tanpa igau-an dan bunga tidur.

Delapan pertemuan, satu pertemuan tiap pekan dan yang dibahas lagi-lagi teks serta soal sejenisnya. Cuma beda di kosa kata dan topik aja. Tapi saya berusaha tuk membuat kelas itu tak membosankan. Saya mulai mengenali karakter mereka, menyelipkan jokes yang mungkin lebih banyak garingnya (setidaknya mereka bisa ketawa dan ga harus terus-terusan berkerut dahi), atau obrolan usia mereka. Ya, jarak yang kurang lebih 4 sampai 5 tahun membuat saya berusaha menjadi kakak sekaligus teman buat mereka. Sampai dapat flirting dari beberapa orang diantara mereka itu sudah jadi hal biasa plus jokes untuk setiap pertemuan kami.

Yap, saya merasa mulai nyaman tanpa belum begitu yakin apakah mereka juga nyaman. Tapi saya bisa berkata bahwa mereka juga nyaman, dengan beberapa bukti yang ada dan tak perlu saya sebutkan karna bisa jadi itu hanya ke-PD-an saya semata.

***
Ternyata 8 kali pertemuan cukup membangun perasaan yang cukup kuat diantara kami (mungkin, karna saya merasa ada yang hilang tapi entah apa mereka juga merasakan). Ketika saya harus masuk kelas lagi tapi di dalam kelas itu bukan lagi ada mereka, saya malah jadi me-rewind keadaan itu. Namun ternyata gayung bersambut. Salah satu dari mereka mengatakan rindu berada di kelas saya. Ya, setidaknya dia katakan itu rindu. Ah, ternyata saya tidak bertepuk sebelah tangan. Saya pun juga mendapati foto saya dengan salah satu diantara mereka dengan caption foto yang menurut saya itulah diri saya dimata mereka. Itu berarti saya berhasil membuat kesan pada mereka (ciyeee... ahaha)

Alhamdulillah, beberapa dari mereka sudah mendapat tiket mimpi mereka dan saya bangga karna beberapa dari mereka yang belum mendapatkan tiket itu tetap tersenyum, sabar, serta tetap semangat menanti hasil dari jalur tes lainnya. Mungkin mereka ingat pesan dari saya, supaya jangan menyerah dan tetap berikhtiar dan berdoa pada-Nya. InsyaAllah mereka akan jadi penerus bangsa yang sangat dirindukan eksistensinya.

Saya merindukan kalian, siswa siswi Super Intensif 2014 ^o^

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan Bahasa dengan Otak, Masyarakat, dan Budaya

Finally, I can ! -Last Part-

Viente e seis