Zakat Tanda Cinta 3

Bismillahirrahmanirrahim
Lanjut dari kisah sebelumnya.

Ternyata kepindahan saya hari itu  adalah tanda bahwa tugas saya dipindahkan ke stand yang lebih "wah" dibanding stand saya sebelumnya.
Untuk para lelaki disini khususnya kedua rekan saya (kami bertiga dalam satu tim) merupakan cobaan selama puasa tuk berjam-jam dalam ruangan ini tuk bertugas dengan pemandangan banyaknya para pemakaian minim dan berprilaku kurang nyaman tuk dipandang yang lebih banyak lewat disini.
Satu cerita yang saya dapat pertama adalah ketika ada salah satu donatur muda yang tiba-tiba datang ke gerai kami. Pakaiannya memang kurang nyaman tuk dipandang, tapi kita melihat pada niatnya dengan menyambutnya dengan baik. Untunglah saya sudah tiba distand ini, kalau belum, kasihan kedua rekan saya ini :D

Donatur berhati mulia ini ternyata memang sedang mencari tempat tuk melengkapi rasa kurang yang muncul dari keinginan hati kecilnya. Dia mengakui bahwa dia baru memiliki pekerjaan. Tapi ia merasa ada yang kurang dalam dirinya. "Berbagi"! Dia merasa berbagi itu perlu. Dia merasa kurang nyaman jika belum berbagi.
*tap* hati ini pun ikut tertegur. Berbagi itu membuat hati nyaman. Berbagi itu mungkin terlihat mengurangi nominal yang bisa kita lihat dengan mata kita yang terbatas. Tapi bagi-Nya itu bukan mengurangi! Dia akan selalu menambahkannya tanpa pernah kita sadari.
Kenapa saya bisa bilang seperti itu?
Ini karna saya mendengarkan kesaksian langsung dari donatur lain yang juga mampir ke gerai kami.

"Bener loh mbak! Sedekah itu berkah. Kalau saya boleh jujur, dulu saya hanya seorang karyawan sebuah perusahaan. Tapi kini, saya sudah punya karyawan." ucap bapak ini dengan muka teduhnya.

-Maka nikmat mana lagikah yang kau dustakan- (Ar-Rahman)

Jangan pernah menghitung nikmat-Nya. Karna kau takkan sanggup menghitungnya.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan Bahasa dengan Otak, Masyarakat, dan Budaya

Finally, I can ! -Last Part-

Viente e seis